Jumat, 15 Juli 2011

SOAL UAS STIT MUHRI

Mata Kuliah               : Filsafat Ilmu.
Bobot SKS                 : 2.
Pengampu                  : Rifqi Ridlo Phahlevy SH. MH.
Waktu Pengerjaan    : 60 menit.
Aturan Pengerjaan      : Open Book.


Soal:

1.      Dalam filsafat dikenal adanya 4 (empat) macam teori kebenaran. Menurut anda, teori kebenaran manakah yang paling tepat untuk dijadikan dasar pembuktian bahwa manusia saat ini bukanlah hasil evolusi dari kera ? Jelaskan alasan anda!
2.      Logika Deduktif diartikan sebagai “Suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirannya, sehingga bersifat betul hanya berdasarkan bentuknya”, jelaskan melalui sebuah contoh !
3.      Apakah ada perbedaan diantara pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) ? jelaskan melalui sebuah contoh !
4.      Buatlah definisi atas term berikut :
a.       Haji;
b.      Korupsi;
c.       Guru;
d.      Play Group;


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Mata Kuliah               : Fiqih 1.
Bobot SKS                 : 2.
Pengampu                  : Rifqi Ridlo Phahlevy SH. MH.
Waktu Pengerjaan    : 60 menit.
Aturan Pengerjaan   : Open Books.

Soal :
1.      Apakah hukum Adzan dan Iqomat dalam suatu shalat berjama’ah yang dilaksanakan oleh sekelompok orang di suatu masjid yang sebelumnya telah selesai dilaksanakan shalat berjama’ah? Jelaskan dengan dalil !
2.      Dalam rangka berhukum dikenal adanya qiyas sebagai salah satu sumber hukumnya. Jelaskan yang dimaksud dengan qiyas, pada saat apa qiyas boleh digunakan ?
3.      Rasulullah mengajarkan adanya qashar dalam pelaksanaan shalat ketika berada di perjalanan. Jelaskan apa yang dimaksud dengan qashar, shalat apa saja yang boleh diqashar, dan berapa jarak perjalanan yang boleh untuk melakukan qashar ? sertakan dalilnya !
4.      Allah melalui QS Al-A’raf : 204 menyatakan “dan apabila dibacakan Al-qur’an, maka dengarkanlah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. Rasulullah dalam sebuah hadits menyatakan bahwa “Tiadalah shalat bagi seseorang yang tidak membaca surat fatihah”. Berdasarkan dua dalil tersebut, menurut pendapat anda pada saat apakah seorang makmum dinyatakan terlambat shalat dalam shalat berjama’ah yang imamnya mengeraskan bacaannya? Jelaskan dengan logika yang benar!

Epistemologi

Permasalahan Metode
Permasalahan metode adalah satu dari permasalahan pokok dala Filsafat Ilmu, terutama pada masa perkembangan positivisme kelahiran ajaran-ajaran yang tumbuh setelahnya. Metode memegang peran penting dalam proses penggalian ilmu pengetahuan, karena paham-paham yang berkembang dalam filsafat pasca positivism mensyaratkan adanya satu validitas data yang akurat dan terpercaya, dan itu diyakini hanya dapat diperoleh melalui satu sistematisasi yang benar terkait metode dan/atau cara mendapatkannya.
Dari sudut pandang bahasa metode  berasal dari bahasa yunani “metodos”, terdiri dari unsur : “meta” berarti cara, perjalanan sesudah; dan “hovos” berarti : cara, perjalanan, arah. Metode adalah kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah. Ada dua metode ilmiah, yaitu : metode-metode ilmiah umum dan metode ilmiah khusus.
a.    Metode-metode Ilmiah Umum.
Metode umum disini merujuk pada metode ilmiah yang berlaku bagi semua ilmu dan bagi segala pengetahuan, maksudnya ada bagian metode ilmiah yang secara prinsipil dapat digunakan dan/atau berlaku bagi proses pencarian kebenaran di hampir semua[1] disiplin ilmu. Beberapa unsur metode yang berlaku secara umum dalam proses pencarian kebenaran, yakni :
a)      Beberapa unsur umum dalam subayek :
1.      Bertanya, bersikap ragu-ragu, pada umumnya sikap kritis, tidak apa-apa diterima begitu saja, atau dengan bebas dari penelitian.
2.      Penerapan dan pemahaman (rasional)
3.      Intuisi (konkret) dan abstraksi (konseptual)
4.      Refleksi (introspeksi, lebih subyektif), dan observasi, pengamatan, desperimen (ekstrospeksi, lebih obyektif).
b)      Beberapa unsur metodis umum :
Titik pangkal (aksioma), definisi, pembagian, hipotesis, contoh analogi, perbandingan, pembuktian, verifikasi.
c)      Dua situasi ilmiah yang berbeda :
1.      Metode penelitian (inventif) ; jalan tertentu untuk lebih mendasari atau untuk memperluaskan pengetahuan ilmiah.
2.      Metode pembicaraan (edukatif) ; jalan tertentu untuk mengajar dan mempelajari teori ilmiah yang sudah terbentuk.
d)     Dua pendekatan yang fundamental :
1.      Metode historis-elektif-eleminati : dipelajari aliran-aliran dan teori-teori pada bidang tertentu yang muncul sepanjang sejarah, dengan membandingkan dan menganalisisnya mereka disaring, sampai tinggalah teori yang dianggap paling memuaskan.
2.      Metode sistematis dalam diolog dengan aliran dan teori lain, secara sistematis-metodis dibangun teori yang meliputi semua segi dan soal pada bidang penelitian.
e)      Dua pengarahan penelitian yang fundamental :
1.      Metode aposteriori (kerap disebut “krisis”) ; hal yang menjadi titik tolak itu tergantung “adanya” dari hal yang dicari :
1.1. Analisis / reduksi structural
-          Dari keseluruhan komplekske bagian yang sederhana.
-          Dari fakta-fakta atau gejala hakikat atau syarat-syarat, ini kerap sama dengan;
1.2. Induksi
-          Dari yang singular ke yang universal
-          Dari yang khusus atau berdetail ke yang umum
1.3. Regeresi : dari akibat ke sebab :
-          Entah tetrospektif : dari “sekarang” ke “dahulu”
-          Entah dari penglihatan masa depan ke “sekarang”
2.      Metode apriori (kerap disebut “spekulatif”) : hal yang menjadi titik-tolak, menurut, “adanya” mendahului hal yang dicari :
2.1. Sintesa / produksi structural :
-          Dari bagian yang sederhana ke seluruhan kompleks
-          Dari hakikat atau syarat-syarat ke fakta-fakta atau gejala ini kerap sama dengan:
2.2.Deduksi :
-          Dari yang universal ke yang singular
-          Dari yang umum ke khusus atau mendetail
2.3.Progesi dari sebab ke akibat :
-          Entah evolituf : dari “dahulu” ke “sekarang”
-          Entah prospektif : dari “sekarang” ke “masa depan”
Segala unsure tersebut tidak dapat lepas satu sama lain. Mereka merupakan satu keutuhan yang kait mengait dan saling menentukan sebagai bagian-bagian dalam satu struktur. Unsur-unsur tersebut semua bersama ditemukan dalam segala gaya berfikir dan pada segala tarap pengetahuan. Mereka merupakan unsur-unsur hakiki, dan satu pun tidak dapat ditinggalkan. Maka tidak mengherankan bahwa unsure-unsur itu juga diuraikan dalam metodologi empiris dan dalam logika. Tetapi akhirnya justru filsafat (ilmu pengetahuan) harus memberikan penilaian definitif dan menentukan kedudukan tepat bagi unsure-unsur itu dalam struktur pengertian manusia (Bdk. Klaus-Buhr, Philosophisches Worterbuch, hlm. 352)
b.    Metode-metode Ilmiah Khusus.
 Metode khusus dalam ilmu pengetahuan pada asasnya lebih kepada penekanan pada satu hal yang sudah ada pada dasar metodologi umum, seperti halnya penekanan metodis antara teori pencarian kebenaran pada keilmuan pendidikan akan berbeda dengan penekanan metodic pada keilmuan hukum maupun social politik, karena titik tolak penggalian kebenarannya berbeda.


[1] Hampir semua, karena ada beberapa disiplin ilmu yang memiliki karakteristik khusus dan karenanya memiliki metode yang juga bersifat sui generis atau asli dan tersendiri.

LOGIKA


1.    Memahami logika.
Bahasa : berasal dari kata dari Logike, berakar kata logos artinya perkataan / kata sebagai manifestasi dari pikiran manusia.
Etimologis : Ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berfikir lurus (tepat), sebagai ilmu logika menjadi asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Sebagai suatu kecakapan dalam memecahkan masalah melalui proses piker yang benar, logika berkaitan dengan penerapan hukum-hukum pemikiran yang lurus, tepat dan sehat dalam praktek berfikir (menelaah sesuatu). Logika menuntun seseorang untuk berargumentasi secara benar.
Aristoteles memaknai logika sebagai suatu proses analitika dan dialektika, yakni :
a.       Analitika : Untuk mengkaji atau memikirkan argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari keputusan-keputusan yang benar.
b.      Dialektika : Untuk mengkaji argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesis yang belum pasti benar.
Obyek material dari logika adalah berfikir, yakni kegiatan rasio manusia, dengan mana pengetahuan yang kita dapatkan melalui panca indera diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. sedangkan obyek formal logika adalah berfikir benar dan tepat.
Aktifitas berfikir adalah berdialog dengan diri sendiri dalam batin dengan manifestasinya ialah: mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membandingkan-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari kausalitasnya membahas secara realitas dll.
2.    Pembagian logika sebagai Ilmu.
Sebagai sebuah ilmu dan metode berfikir benar, logika dapat dibagi menjadi :
a.      Logika dalam arti sempit.
Dalam pengertian ini logika dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal. Adapun yang dimaksud dengan logika deduktif ialah logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirannya, sehingga bersifat betul hanya berdasarkan bentuknya.
b.      Logika dalam arti luas.
Mencakup perbincangan yang sistematis mengenai pencapaian kesimpulan-kesimpulan dari pelbagai bukti dan tentang bagaimana sistem-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam termasuk di dalamnya pembahasan tentang logika sendiri.
c.       Logika induktif
Logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang benar yang berawal dari hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi atau kemungkinan.
d.      Logika material
Mempelajari langsung pekerjaan akal, serata menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan-kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.
e.       Logika murni
Merupakan pengetahuan mengenai asas-asas dan aturan-aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari penyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu san istilah yang dipakai dalam penyataan-pernytaan yang dimaksud.
f.        Logika terapan
Pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang-bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari.
g.      Logika filsafati
Dapat dipandang sebagai suatu ragam atau bagian logika yang berkaitan dengan pembahasan-pembahasan dalam bidang filsafat.
h.      Logika naturalis.
Artinya manusia itu berpikir menurut kodrat atau fitrahnya secara alamiah. Dapat diartikan bahwa umur logika itu setua dengan umur manusia, karena sejak kelahirannya manusia itu sudah dapat berfikir, dilengkapi Allah dengan ratio, berarti sejak itu logika telah ada dalam bentuknya yang sederhana, alamiah, belum dikembangkan secara ilmiah.
i.        Logika tradisional.
Artinya manusia itu berpikir berdasarkan tradisi kuno yang telah lahir dan diaku benar sebelumnya, keberadaan tradisi sebagai panduan berpikir benar diaku oleh aristoteles dengan bukunya “organon”, yang jauh sebelumnya telah ada juga kaidah-kaidah berpikir di negeri-negeri timur kuno (Babylonia, Mesir, India, Tionghoa, dll).
j.        Logika matematik
Merupakan suatu bentuk logika yang mengkaji penalaran yang benar dengan menggunakan metode-metode matematik serta bentuk lambing-lambang yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa.

Disamping pembagian tersebut, menurut Alex Lanur Ofm, logika masih dapat dibagi kedalam logika kodratiah dan logika ilmiah, yang keduanya merupakan satu kesatuan tahapan yang prinsipnya tidak terpisahkan.
a.       Logika kodratiah : bekerjanya akal budi secara spontan, yang dalam hal-hal sulit terkadang dapat dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan subyektif orang tersebut, hal ini berada pada tahap dimana manusia memiliki perkembangan pengetahuan yang masih terbatas. Unsur subyektifitas terkadang membawa pada kesesatan pikir, dan/atau apa yang dipandang dengan irrasionalitas. Pada tahap selanjutnya, ketika tekanan mulai reda dan keinginan atau kecenderungan subyektif mulai berkurang, seseorang akan merasakan kebutuhan untuk lepas dari kesesatan tersebut, dan karenanyalah diperlukan suatu ilmu untuk merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam meluruskan pemikirannya, karena itu muncul logika ilmiah.
b.      Logika Ilmiah
Logika ini membantu logika kodratiah. Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Berkat pertolongan logika ini dapatlah akal budi bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Dengan demikian kesesatan juga dapat dihindarkan atau, paling tidak dikurangi.

3.    Pengertian, Proposisi dan Penalaran.
a.       Pengertian.
Pengertian atau juga konsep adalah tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh logika tentang kenyataan yang dimengertiatau merupakan hasil pengetahuan manusia mengenai aspek atau beberapa aspek realitas. Tanda lahir yang menunjukkan baik benda-benda sebagai kenyataan maupun pengertian kita tentang kenyataan itu disebut kata. Bagian dari suatu kalimat yang berfungsi sebagai subyek atau predikat disebut term.
Isi dan luas pengertian berbanding terbalik, semakin sedikit isi (term) pengertian maka semakin luas cakupan (lingkup realitas yang ditunjuk) pengertian, semakin banyak isi (term) pengertian maka semakin sempit cakupan (lingkup realitas yang ditunjuk) pengertian.
Klasifikasi pengertian menurut isinya tampak adanya perbedaan pula. Hal ini dapat dilihat dalam pengklasifikasian sebagai berikut :
a.       Klasifikasi pengertian itu menurut isi (Comprehension)nya yang lebih tegas adalah sebagai berikut :
1.      Kolektif dan Distributif
Kolektif maksudnya pengertian yang isinya mencakup barang-barang atau orang-orang secara koleksi atau gerombolan, misalnya battalion, brigade, kodi, lusin, dan sebagainya.
Distributif maksudnya pengertian yang terpisah-pisah menunjuk barang-barang itu sebagai sendiri-sendiri atau satu persatu, misalnya orang, kuda, dan prajurit.
2.      Konkret dan Abstrak
Konkret maksudnya pengertian yang memamerkan kenyataan (realitas) sebagai pokok subyek yang berdiri sendiri, misalnya kita katakan : “Ini kuda putih”. Pengertian kuda putih itu menunjuk kenyataan dengan sifat putih.
Sebaliknya pengertian yang abstrak ialah pengertian yang memperlihatkan subyeknya. Misalnya : Secara konkret kita berkata : “Ia amat pandai”, tetapi secara abstrak kita mengatakan : “Kepandaiannya amat sangat”.
Dalam bahasa Indonesia untuk menyatakan pengertiam yang abstrak itu adalah dengan menambah pada kata itu awalan “ke” dan akhiran “an”, misalnya : kebaikan, keburukan, keduniawian, kebangsaan, ketidakadilan, dsb.
3.      Menyindir (connotative) dan Terus terang (nonconnotative)
Menyindir maksudnya ialah menyatakan sesuatu dengan secara tidak langsung dan tidak terus terang. Secara terus terang (nonconnotative) kita dapat mengatakan : “Agaknya Anda belum mengerti uraian saya”. Kata-kata agak kasar karena berterus terang, lebih baik diucapkan secara menyindir (connotative), misalnya : “Agaknya uraian saya masih kabur bagi Anda”. Kata-kata konotasi dalam pengertian sehari-hari diartikan sebagai arti tambahan.
b.      Dengan cara dikotomi kita dapat mengklasifikasikan term atau isi pengertian itu atas beberapa jenis sebagai berikut :
1.      Sederhana dan Komposit
Term sederhana ialah sebuah term yang terdiri dari satu kata saja, misalnya manusia, rumah, ikan, dll. Sebaliknya, bila term itu terdiri dari lebih satu kata disebut term komposit, misalnya manusia saleh, ikan besar, rumah susun, dan sebagainya.
2.      Umum dan Khusus
Umum karena dapat digunakan oleh siapa saja dengan pengertian yang sama, semisal: manusia, hewan dll. Khusus karena menunjukkan pada satu obyek saja, semisal: menteri pendidikan, kebudayaan jawa dll.
3.      Konkret dan Abstrak
Term konkret menunjukkan pada suatu nama benda, atau suatu benda atau suatu realitas dan apa saja yang memiliki eksistensi dan kualitas tertentu, contoh: masjid adalah benda yang memiliki beberapa kualitas, antara lain rupa dan bentuknya, relasi dengan obyek lain, tempat tertentu, dan fungsinya.
Term abstrak adalah nama kualitas atau kumpulan kualitas yang dapat dibicarakan terlepas dari hubungannya dengan benda/eksistensi tertentu pada suatu waktu dan tempat dalam hubungannya dengan benda lain, misalnya: merah, putih, kotak dll).
4.      Kolektif dan Distributif
Kolektif karena pengertiannya mencakup isi yang memiliki sifat bergerombol atau bersama-sama, semisal mahasiswa, polisi, masyarakat dll.
Distributive karena menunjuk pada pengertian yang isinya terpisah-pisah, sendiri-sendiri atau satu-persatu, contoh: orang, prajurit, sarjana dll.
5.      Absolut dan Relatif.
Absolute jika adalah nama suatu benda atau atribut yang dapat dipahami dengan sendirinya tanpa dihubungkan dengan benda atau atribut lain, contoh: manusia, sapi, kerbau dll.
Relative jika untuk memahaminya memerlukan keterkaitan/keterhubungan dengan suatu benda atau kualitas lain, contoh: suami, istri, anak kandung dll.


b.   Proposisi
Proposisi adalah suatu penuturan (assertion) yang utuh. Misalnya: A Yani adalah Panglima TNI AD Masa Presiden Soekarno. Penuturan dikatakan tidak utuh bila tidak mencakup suatu arti yang utuh, missal : ketika saya sedang berlari. Logika hanya mempersoalkan tentang penuturan, karena penalaran lahir dari proses analisis dan dialektika terhadap penuturan yang dihadirkan.
Proposisi juga dapat didefinisikan sebagai ungkapan keputusan dalam kata-kata, dengan keputusan yang dimaksud disini adalah suatu aksi pikiran kita untuk membenarkan atau menyangkal sesuatu, dan karenanya juga dapat dibenarkan dan /atau dapat pula disangkal karena salah.
Proposisi atau pernyataan pada umumnya dibagi menjadi dua (terkait dengan keterhubungan antara subyek dan predikat), yakni proposisi kategoris dan proposisi hipotesis.
Dikatakan sebagai proposisi kategoris apabila hubungan subyek dengan predikat bersifat tanpa syarat, semisal: Allah itu Maha pencipta. Proposisi tersebut dibagi atas 4 macam, yaitu :
1)      Proposisi Universal afirmatif.
Ialah pernyataan yang bersifat umum yang mengiakan adanya hubungan antara subyek dan predikat, contoh : setiap warganegara mendapat kedudukan yang sama dalam bidang hukum dan pemerintahan.
2)      Proposisi universal negative.
Ialah pernyataan bersifat umum yang mengingkari adanya hubungan antara subyek dengan predikat, contoh : semua manusia bukan keturunan kera.
3)      Proposisi particular afirmatif.
Ialah pernyataan bersifat khusus yang mengiakan adanya hubungan antara subyek dengan predikat, contoh : sebagian gadis jawa bisa menari.
4)      Proposisi particular negative.
Ialah pernyataan bersifat khusus yang mengingkari adanya hubungan antara subyek dengan predikat, contoh : sebagian besar gadis jawa tidak bisa menari.
Proposisi kategoris pada asasnya terdiri atas empat unsure, yaitu : subyek, predikat, kopula, dan kuantor. Subyek dan predikat adalah unsure utama pembentuk proposisi, adapun kopula dan kuantor adalah unsure penghubung yang menentukan makna dari sebuah proposisi.
Contoh : Semua Manusia Bukan Keturunan Kera
Proposisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Subyek     : Manusia
Predikat    : keturunan kera
Kopula     : bukan
Kuantor    : semua.
Proposisi hipotetik adalah jika hubungan antara subyek dengan predikat bergantung pada syarat yang harus dipenuhi, missal jika nurul lulus akan melanjutkan ke Magister pendidikan.
c.    Penalaran.
Ialah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan. Untuk menghasilkan penalaran dibutuhkan proses berpikir yang dilakukan dengan suatu cara atau metode tertentu.
Dalam penalaran proposisi-proposisi yang menjadi dasar penyimpulan disebut premis, sedang kesimpulannya disebut konklusi.
Misalnya :
Premis mayor     : Semua manusia berakal budi
Premis minor      : Wati adalah manusia
Konklusi            : wati berakal budi
Bentuk-bentuk penalaran :
1.      Penalaran langsung
Ialah penalaran yang premisnya hanya sebuah proposisi dan langsung diikuti dengan proposisi lain sebagai kesimpulan.
a.       Konversi
Adalah bentuk penyimpulan langsung dengan menukar kedudukan subyek dan predikat dari suatu proposisi tanpa merubah makna yang terkandung di dalamnya.
b.      Inversi
Adalah bentuk penyimpulan langsung dengan cara menegaskan subyek dan predikat pada suatu proposisi.
c.       Kontraposisi
Adalah bentuk penyimpulan langsung dengan cara menukar kedudukan subyek dan predikat serta menegaskannya.
2.      Penalaran tidak langsung
Ialah penalaran yang premisnya terdiri atas beberapa proposisi sehingga dapat disimpulkan.
a.       Penalaran induktif
Merupakan penalaran yang dimukai dari proposisi-proposisi khusus kemudian disimpulkan menjadi proposisi umum.
b.      Penalaran deduktif
Merupakan penalaran yang dimulai dari proposisi umum diperoleh kesimpulan yang bersifat khusus.
d.   Syllogism.
Ialah suatu bentuk pemikiran kesimpulan secar deduktif dan tidak langsung yang mana kesimpulannya ditarik dari dua premis yang tersedia sekaligus, premis dimaksud adalah premis mayor dan minor. Syllogism ada dua, yakni kategoris dan hipotetis.
Syllogisme kategoris merupakan struktur suatu deduksi berupa proses logis yang terdiri dari tiga bagian dan tiap-tiap bagian berupa pernyataan kategoris,
Contoh :
A. Semua manusia harus makan.
B. Khoirul adalah Manusia.
C. Khoirul harus Makan.
Syllogism hipotetis, yaitu suatu syllogism yang premisnya berupa pernyataan bersyarat. Predikat diakui atau dipungkiri, tentang subyek tidak secara mutlak, akan tetapi tergantung pada syarat. Contoh : jika hujan maka jalan akan basah.
Asas-asas primer syllogism :
Asas ini berlaku umum dan tidak bergantung pada asas lain, dibagi atas
a)   Asas identitas : sesuatu itu adalah sesuatu dan bukan benda lainnya. apabila sesuatu diakui maka kesimpulan lain yang ditarik dari  pengakuan itu juga harus diakui, tidak dapat sesuatu diakui secara bersamaan pula dimungkiri.
b)   Asas kontradiksi : tidak boleh membatalkan atau memungkiri begitu saja sesuatu yang sudah diakui.
c)    Asas penyisihan kemungkinan ketiga : jika ada dua pernyataan yang kontradiktoris, pastilah salah satu diantaranya salah, sebab keputusan yang satu merobohkan keputusan lainnya.
d)   Asas alasan yang mencukupi : bahwa Sesuatu yang ada mempunyai alasan yang cukup untuk adanya.
Asas-asas sekunder syllogism :
Asas ini dapat dilihat dari sudut pandang isi dan dari sudut luasnya, sebagai berikut :
a)      Dari sudut isinya terdapat :
a.       Asas kesesuaian, dengan rumus Jika A=B dan B=C maka A=C (dengan catatan bahwa A dan C dihubungkan oleh satu B yang sama). Yang perlu diingat bahwa keberlakuan logika dalam contoh tersebut tidak bersifat mutlak berlaku dalam realitas pemikiran.
Contoh :
A: Mahluq hidup butuh makan
B: Manusia adalah Mahluq hidup.
C: Manusia butuh makan    
b.      Asas ketidak sesuaian, dengan rumus Jika A=B tetapi B≠C maka A≠C
Contoh :
A: Mahluq hidup butuh makan
B: Mobil butuh bahan bakar.
C: Manusia bukan Mahluq hidup.
b)      Dari sudut luasnya terdapat :
a.       Asas dikatakan dengan semua : apa yang secara universal diterapkan pada seluruh lingkungan pengertia, juga boleh diterapkan pada semua bawahannya.
b.      Asas ini dikataken tentang manapun juga. Adalah negasi dari prinsip dikatakan semua diatas.
e.    Definisi.
Ialah pengertian yang lengkap mengenai suatu istilah yang mencakup semua unsure yang menjadi cirri-ciri pokok dari istilah itu.
Syarat-syarat sebuah definisi :
2.        Sifat-sifat yang dilukiskan tidak berlebih atau berkurang (kekurangan)
3.        Tidak ada pengulangan kata yang bermakna saja
4.        Tidak memakai kata pengingkar (nagasi)
5.        Tidak memakai kata yang sangat umum
Macam-macam definisi :
1.      Definisi demostratif (Ostensive definition)
Menerangkan sesuatu secara demonstrative saja. Misalnya : Kursi ialah ini (atau itu) sambil menunjuk sebuah kursi.
2.      Definisi persamaan (Biverbal definition)
Menerangkan sesuatu dengan memberikan kata sinonim atau terjemahannya saja. Misalnya : Sapi adalah lembu
3.      Definisi secara luas (Extensive definition)
Menerangkan sesuatu dengan memberikan contoh-contonya sekali. Misalnya : Ikan ialah hewan yang hidup dalam air seumpama tongkol, mujairr, bandeng, kakap, salem, dan sebagainya.
4.      Definisi lukisan (Descriptive definition)
Menerangkan sesuatu dengan melukiskan sifat-sifatnya yang menyolok. Misalnya : Gajah adalah binatang yang tubuhnya besar seperti gerbong, kakinya besar seperti pohon nyiur, hidungnya panjang seperti pohon pisang, telinganya lebar seperti nyiru dan suaranya nyaring seperti peluit kereta api.
5.      Definisi uraian (Analytical definition)
Menerangkan sesuatu dengan menguraikan bagian-bagiannya satu persatu. Misalnya : Negara ialah suatu territorial yang punya pemerintahan, rakyat dan batas-batas daerahnya.