Jumat, 08 April 2011

PENGANTAR FILSAFAT

Pengertian Filsafat (1)
1. Arti istilah dan rumusan filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani, yakni : “philosophia” yang memiliki dua asal kata, yakni, Pertama : dari philien (cinta) dan sophos (bijaksana). Kedua: philos (kawan) dan Sophia (kebijaksanaan). Secara terminologis filsafat berarti kecintaan akan kebijaksanaan dan usaha untuk mencapai (memiliki) nya.
Orang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang , ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan alam, Karakteristiknya berfikit filsafat yang pertama adalah menyeluruh, yang kedua mendasar. Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran/ rasio belaka. (Endang Saifuddin Anshari Ilmu, Filsafat dan Agama ,Bina ilmu Surabaya 1979)

Beberapa pandangan tokoh tentang apa itu Filsafat :

a. Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalamdalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
b. Plato( 427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
c. Aristoteles (384-322 SM) filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda. Filsafat meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
d. Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
e. Rene Deskartes Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan,alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
f. Al Farabi (wafat 950 M) filsuf menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
g. Immanuel kant (1724 – 1804) menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan (mater scientiae) , yang mencakup didalamnya 4 persoalan : yaitu (1) apakah yang dapat kita ketahui (dijawab dengan Metafisika) ,(2) Apakah yang boleh kita kerjakan (dijawab dengan etika), (3) Sampai dimanakah pengharapan kita (dijawab dengan agama) (4) Apakah yang dinamakan manusia (dijawab dengan antropologi)
h. Harold H.Titus mengemukakan 4 pengertian filsafat. adalah : (1) satu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta(Philosophy is an attitude toward life and the universe) (2) Filsafat adalah satu metode pemikiran reflektif dan penyelidikan Akliah(Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquired) (3) Filsafat adalah satu perangkat masalah ( philosophy is a group pf problems) (4) Fissafat ialah satu perangkat teori atau isi pikiran (philosophy is a group of system of though). (Endang Saifuddin Anshari, 1979)
i. Prof. Dr. Fuad Hassan guru besar psikologi universitas indonesia menyimpulkan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal dalam arti mulai dari radix suatu gejala dari akar suatu hal yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan penjajagan yang radikal filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulankesimpulan yang universal
j. Al- Farabi mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud karena ia wujud.(al-ilm bil maujudat bimahiya maujudah). Tujuan terpenting mempelajari filsafat adalah mengetahui tuhan, bahwa ia esa dan tidak bergerak, bahwa ia memjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada , bahwa ia mengatur alam ini dengan kemurahan, kebijaksanaan dan keadilan-Nya, Seorang filosof atau al hakim adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang zat yang ada dengan sendirinya (al-wajibli-dzatihi), Wujud selain Allah , yaitu mahluk adalah wujud yang tidak sempurna.
k. AL-KINDI ,diikalangan kaum muslimin , orang yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapangannya adalah Al-kindi, ia membagi filsafat 3 bagian :(1)Thibiyyat (ilmu fisika) sebagi sesuatu yang berbenda (2) al-ilm-urriyadli (matematika) terdiri dari ilmu hitung , tehnik, astronomi, dan musik, berhubungan dengan benda tapi punya wujud sendiri, dan yang tertinggi adalah (3) ilm ur-Rububiyyah (ilmu ketuhanan)/ tidak berhubungan dengan benda sama sekali.

2. Obyek studi dan metode filsafat
a. Obyek materiil :
Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat". Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata "akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya.
Secara garis besar berisikan segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat , segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat, yakni (1) hakikat tuhan, (2) hakikat Alam dam (3) akikat manusia.

b. Obyek forma :
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.
Berfilsafat artinya berusaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai keakarnya) tentang obyek materi filsafat. Perlu diingat akan makna metodis dari filsafat sebagai pengetahuan metodis (digali berdasar cara tertentu), sistematis (runtut) dan koheren (menyeluruh) tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (= kebenaran) dan memperoleh hikmat (= kebijaksanaan). Karenanya dalam melakukan kajian filsafati digunakan rumus 5W + 1H (bagian dari metode ilmiah) guna membongkar kebenaran sejati dari obyek yang dikaji.

3. Bidang kajian filsafat: Ontologi, Epistomologi, dan Aksiologi
a. Ontologi.
Berasal dari bahasa yunani, yakni ta onta (yang berada) dan logos yang berarti ilmu pengetahuan atau ajaran, sehingga dapat diartikan sebagai ”ilmu pengetahuan tentang yang berada (yang mengada)”. Ontologi adalah salah satu bentuk perkembangan dari metafisika. Yang dikaji oleh bidang kajian ini adalah hal-hal yang melatar belakangi atau yang mengada atas sesuatu.
Bagi Aristoteles, kajian ontologi berbicara tentang bentuk ada atau asas ada (eidos). Eidos adalah pola segala sesuatu yang tempatnya di luar dunia ini, yang berdiri sendiri, lepas daripada benda yang kongkret, yang adalah penerapannya. Eidos adalah asas yang berada di dalam benda yang konkret, yang secara sempurna menentukan jenis benda itu, yang menjadikan benda yang konkret itu disebut demikian.
Nb : Baca juga konsep plato tentang ”idea”
Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalsime dan empirisme. Secara ontologis, objek dibahas dari keberadaannya, apakah ia materi atau bukan, guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik). Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagai¬mana (yang) “Ada”. Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud hakiki objek tersebut? Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan? Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan ke¬yakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya.

b. Epistomologi
Bidang kajian ini dalam istilah inggris disebut sebagai ”theory of knowledge” atau teori tentang ilmu pengetahuan, yakni bidang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula (proses terjadinya) pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan (teori kebenaran).
Epistomologi berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar. Akal, akal budi, pengalaman, atau kombinasi akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal model model epistemologik seperti rasionalisme, empirisme, rasionalisme kritis, positivisme, feno-menologi dan sebagainya. Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik be¬serta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah), seperti teori ko¬herensi, korespondesi pragmatis, dan teori intersubjektif. Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya. Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan, cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji. Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis. Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika dan statistika. Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris. Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak. Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji, apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak. Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada, dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia. Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara, sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar. Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan. Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang.

c. Aksiologi.
Bidang filsafat yang berbicara tentang bagaimana suatu nilai, pengetahuan dan/atau teori itu dapat dilaksanakan dengan baik.
Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke¬nyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan. Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.


4. Aliran/Mazhab dalam filsafat
a. IDEALISME
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu. Aliran yang berangkat dari pemikiran Plato ini beranggapan bahwa hakikat dari segala sesuatu itu ada pada roh atau idea yang mendasari keberadaannya, adapun wujud fisik yang tampak dalam alam nyata hanyalah sekedar bayangan dari roh atau apa yang ada dalam idea.

b. MATERIALISME
Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
Aliran ini berkembang pada masa pencerahan aufklarung, sebagai bentuk kritik atas ajaran idealism. Pemikiran ini berkembang pesat karena menjanjikan satu masa depan yang cerah bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam sebagai dasar bagi pengembangan industry waktu itu. Aliran ini lebih jauh menjadi mata rantai bagi tumbuh kembangnya atheism pada sekitar abad 19, karena pandangan dari beberapa tokohnya semisal Karl Marx yang menyatakan bahwa “Tuhan Telah Mati”.

c. DUALISME
Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani. Kedua macam hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah terdapat dalam diri manusia.

d. EMPIRISME
Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu "empiris" yang berarti pengalaman inderawi. Empirisme dinisbatkan berfaham bahwa pengalaman adalah sumber utama pengenalanan baik pengalaman lahiriah (dunia) maupun pengalaman batiniah (pribadi manusia). Pada dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari ratio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat melalui penampungan yang secara pasip menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan. Empirisme radikal berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai kepada pengalaman inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan pengetahuan.



e. RASIONALISME
Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampaiakhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran.

f. PRAGMATISME
Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang akibat-akibatnya bermanfaat secara praktis. Jadi, patokan pragmatisme adalah manfaat bagi kehidupan praktis. Kebenaran mistis diterima, asal bermanfaat praktis. Pengalaman pribadi yang benar adalah pengalaman yang bermanfaat praktis.
Aliran ini sangat populer di Amerika Serikat. Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).

g. FENOMENOLOGI
Fenomenologi berasal dari kata fenomenon yang berarti gejala atau apa yang tampak. Jadi , fenomenologi adalah aliran yang membicarakan fenomena atau segalanya sejauh mereka tampak. Fenomenologi dirintis oleh Edmund Husserl (1858-1938). Seorang fenomenolog lainnya adalah Max Scheler (1874-1928)

h. EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi. Eksistensi adalah cara berada di dunia. Cara berada manusia di dunia berbeda dengan cara berada makhluk-makhluk lain.
Benda mati dan hewan tidak menyadari keberadaannya, tapi manusia sadar bahwa dia berada di dunia. Manusia sadar bahwa ia bereksistensi. Itulah sebabnya, segalanya, segalanya mempunyai arti sejauh berkaitan dengan manusia. Dengan kata lain, manusia memberi arti kepada segalanya. Manusia menentukan perbuatannya sendiri. Ia memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.
Jadi, eksistensialisme berpandangan bahwa pada manusia eksistensi mendahului esensi (hakekat), sebaliknya pada benda-benda lain esensi mendahului eksistensi. Manusia berada lalu menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri. Hidupnya tidak ditentukan lebih dulu. Sebaliknya, benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang memang tak dapat dielakkan.
Tokoh-tokoh terpenting eksistensialisme adalah Martin Heidegger (1883-1976), Jean-Paul Sarte (1905-1980), Karl Jaspers (1883-1969), dan Gabriel Marcel (1889-1973). Soren Kierkegaard (1813-1855), Friedrich Nietzsche (1844-1900), Nicolas Alexandrovitc Berdyaev (1874-1948) juga sering dimasukkan ke dalam kelompok filsuf-filsuf eksistensialis.
Patut dicatat bahwa sebetulnya di antara para filsuf eksistensialis terdapat perbedaan. Sebagian mereka bahkan tidak mau dikelompokkan sebagai filsuf eksistensialis. Akan tetapi mereka semua mempunyai kesamaan pandangan bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia konkret, manusia yang bereksistensi. Dalam kaitan dengan ini mereka berpandapat bahwa pada manusia eksistensi mendahului esensi (Fuad Hassan, 1985: 7-8)

i. FILSAFAT ANALITIS
Aliran ini muncul di Inggris dan Amerika Serikat sejak sekitar tahun 1950. Filsafat analitis disebut juga filsafat bahasa. Ini merupakan reaksi terhadap idealisme, khususnya Neohegelianisme di Inggris. Para penganutnya menyibukkan diri dengan analisa bahasa dan konsep-konsep. Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin.

j. STRUKTURALISME
Strukturalisme muncul di Prancis tahun 1960, dan dikenal pula dalam linguistik, psikiatri, dan sosiologi. Strukturalisme pada daswarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap. Maka kaum strukturalis menyibukkan diri dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut. Tokoh-tokoh terpenting strukturalisme adalah Levi Strauss, Jacques Lacan, dan Michael Foulcoult.

k. POST MODERNISME
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya. Seperti diketahui, modernisme dimulai oleh Rene Descartes, dikokohkan oleh zaman pencerahan (Aufklaerung), dan kemudian mengabadikan diri melalui dominasi sains dan kapitalisme. Tokoh yang dianggap memperkenalkan istilah postmodern (isme) adalah Francois Lyotard, lewat bukunya The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1984).
Modernisme mempunyai gambaran dunia sendiri yang ternyata melahirkan berbagai dampak buruk, yakni :
1. Obyektifikasi alam secara berlebihan dan pengurasan alam semena-mena yang mengakibatkan krisis ekologi. Dampak ini disebabkan oleh pandangan dualistiknya yang membagi kenyataan menjadi subyek-obyek, spiritual-material, manusia-dunia, dsb.
2. Manusia cenderung menjadi obyek karena pandangan modern yang obyektivitis dan positivistis.
3. Ilmu-ilmu positif-empiris menjadi standar kebenaran tertinggi.
4. Materialisme
5. Militerisme
6. Kebangkitan kembali tribalisme (mentalitas yang mengunggulkan kelompok sendiri).
Istilah postmodern di luar bidang filsafat muncul lebih dulu. Rudolf Panwitz, dalam bukunya tentang krisis kebudayaan Eropa tahun 1947 menggunakan istilah manusia postmodern yang ciri-cirinya sehat, kuat, nasionalistis, religius, yang muncul dari nihilisme dan dekadensi nihilisme Eropa. Ia merupakan cermin kemenangan atas kekacauan yang menjadi ciri kahs modernitas.
Dalam perspektif filosofis istilah postmodern baru digunakan tahun 1979, dan bukan didorong oleh postmodern di Eropa yang berlatarbelakang arsitektur, melainkan dirangsang oleh diskusi tentang problem sosiologis masyarakat postindustri di Amerika Utara.
Ciri-ciri terpenting postmodernisme adalah (1) Relativisme, dan (2) mengakui pluralitas. Pada modernisme, pengetahuan merupakan suatu kesatuan yang didasarkan pada cerita-cerita besar yang menjadi ide penuntun sampai ke penelitian-penelitian yang paling mendetail. Tapi postmodernisme merelatikan semuanya. Menurut para postmodernis, tidak ada suatu norma yang berlaku umum. Tiap bagian mempunyai keunikan sehingga tak dapat menerima pemaksaan ke arah penyeragaman. Dengan demikian, postmodernisme mengakui pluralitas dan hak hidup individu atau unsur lokal (Sugiharto: 1996, 30-33)
Tokoh-tokoh postmodernisme terpenting, selainLyotard, adalah Jacques Drrida, Richard Rorty, dan Michael Foulcoult.

5. Cabang-cabang filsafat.
Cabang-cabang filsafat antara lain :
(1) Epistemologi (filsafat Ilmu)
(2) Etika (Filsafat Moral)
(3) Estetika (filsafat Seni)
(4) Matafisika
(5) Politik (Filsafat pemerintahan)
(6) Filsafat Agama
(7) Filsafat ilmu
(8) Filsafat Pendidikan
(9) Filsafat Hukum
10 Filsafat Sejarah
11 Filsafat matematika

6. Guna Mempelajari Filsafat.
a. Terlatih Berfikir serius.
b. Mampu berfikir sistemis dan sistematis.
c. Dapat menghadapi problematika hidup dengan bijak.
d. Dapat melakukan persuasi (berinteraksi lewat bahasa lisan dengan baik).
e. Memudahkan kerja ilmiah (menulis dan meneliti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar