Minggu, 13 Maret 2011

Kesuksesan Hanya Ada Bagi Penyabar

Oleh : Rifqi Ridlo Phahlevy.

Dinamika kehidupan umat manusia kian hari semakin kompleks, dimana pertaruhan yang ada bukan lagi sekedar harta dan tahta, tetapi lebih dari itu kini kita dihadapkan arus kehidupan yang menjadikan aqidah dan kemanusiaan kita sebagai taruhannya. bagaimana tidak. Dengan tingginya persaingan untuk tetap hidup dan berkesejahteraan, kita dhadapkan pada pola dunia global yang tidak mengenal halal dan haram, baik dan buruk, saudara atau musuh. Globalisasi tidak mengenal kemenangan bersama, tidak ada kata senasib seperjuangan, yang ada adalah menindas atau ditindas, memonopoli atau dimonopoli. Imbasnya adalah banyak RSJ yang sould out karena banyak orang yang stress dan depresi, Miras dan Narkotika laris diserbu oleh mereka yang ingin lari dari kenyataan hidupnya. Na'udzubillahi min dzalik.
Sebagai muslim, marilah kita kembali pada ajaran Islam, karena bagi muslim tiada tempat kembali yang paling benar kecuali pada agamanya, yakni tuntunan Allah dan Rasulullah saw.
Islam sebagai agama yang tertinggi dan tanpa tanding sesungguhnya telah memprediksi akan adanya zaman edan seperti saat ini, sebagaimana tersirat dalam firman Allah, bahwa :
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al Baqarah : 155)
Dalam ayat tersebut serta banyak ayat lain Allah telah berikan resep bagi muslim untuk terhindar dari kehinaan dan kenistaan itu, yakni dengan SABAR. sebagaimana juga tuntunan Al-Qur'an berikut :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah : 153)
Perintah bersabar yang menjadi satu paket dengan berlindung pada shalat dalam ayat tersebut begitu jelas dan tegas. Perintah tersebut mengandung pengertian yang mendalam, seorang yang ahli shalat selayaknya menjadi sosok yang penyabar, karena kesabaran adalah cermin dari kekhusyu'an shalat muslim tersebut.

Konsepsi Sabar Dalam Islam
Banyak orang akan mempertanyakan dan bahkan mungkin mencibir tentang solusi yang ditawarkan Islam ini. Kenapa kok sabar? cibiran dan pertanyaan itu secar logikal pantas dilayangkan jika sabar itu difahami sebagaimana umumnya dipadankan dengan sikap menyerah dan putus asa sebagaimana “biarlah”, “menyerah”, “trima saja” dan “ya sudah lah”.
Sikap diatas bukanlah sikap sabar sebagaimana ajaran Islam tentang sabar. Sabar dalam islam adalah sikap penghambaan sepenuhnya yang karenanya pula penyerahan diri dan apapun kondisi diri pada Allah. Dalam konteks ini sabar bukan menyerah pada keadaan, tetapi amal progresif yang istiqomah dalam balutan jiwa yang penuh keihlasan atas qadla' dan qadar Allah.
Konsep sabar dalam Islam dapat diuraikan sebagai berikut, pertama adalah Istiqamah. Sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” {Ali – Imran : 200)
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
Artinya : Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (Muhammad : 31)
Ayat diatas menjelaskan bahwa bersabar itu harus ada sejak dan dalam perjuangan kita. Sabar dalam ayat tersebut dimaksudkan pada idealitas sikap muslim yang senantiasa beristiqamah dalam perjuangan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. sikap yang tak kenal menyerah dan selalu percaya pada Allah bahwa apa yang diusahakannya dengan segenap jiwa raganya selama di dalam ketaqwaan pasti akan mencapai keberhasilan.
Kedua, Sabar berarti percaya pada qadla' dan qadar Allah serta selalu berfikir positif. Hal ini sebagaimana tersurat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 156, yang berbunyi :
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Artinya : (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"
Kalimat "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" dalam ayat ini begitu populer bagi muslim dan mudah untuk diucapkan, tetapi amat sangat susah dan karenanya tidak semua muslim bisa benar-benar melaksanakan isi yang dimaksudnya.. Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi dalam kitabnya menyatakan bahwa : “ayat ini menyatakan bahwa kesabaran mereka berdasarkan tauhid mereka yang sungguh-sungguh kepada Allah, mengerti benar-benar bahwa segala yang terkena pada dirinya semata-mata dari Allah yang seharusnya ia rela menerima hukum Allah.
Dari rangkaian firman Allah diatas, jelas sudah cara Islam memahamkan sabar pada umatnya, sebuah konsepsi cara hidup yang progresif, dengan meletakkan akar ketauhidan sebagai landasan untuk meretas kesuksesan hidup. dalam konteks Islam, penyabar bukanlah citra negatif wong jowo yang diperkenalkan sebagai sosok nrimo ing pandum yang todo tolomongso (menerima apapun pembagian yang didapat dengan pasrah tanpa satu usaha yang optimal), tetapi sosok pribadi muslim yang ulet dan pantang menyerah sekaligus memiliki pengharapan yang tinggi pada Allah untuk keberhasilan hidupnya.
Eksistensi pribadi penyabar ada pada kecerdasannya dalam memaknai keberhasilan dan kegagalan hidup dan perjuangannya. Bahwa pribadi penyabar akan menanamkan dalam hati dan fikirannya bahwa keberhasilannya dalam hisup dan kehidupannya adalah jika keridloan Allah ada dalam tiap amal perbuatannya, serta pada sejauh mana dirinya mampu berguna dan memberi manfaat bagi manusia lainnya. Bagi penyabar sejati, amal usaha yang dijalaninya bukan semata untuk mendatangkan kemaslahatan atau kekayaan pribadi dan keluarganya, melainkan juga untuk memberikan jalan bagi sesamanya mencapai kemakmuran hidupnya.
Dengan demikian, semoga kita bisa menjadi sebenar-benar penyabar, yang kemerdekaan serta kebahagiaan hidupnya tidak terkendalikan oleh dunia, yang cita kesuksesan hidupnya tidak semata ada di dunia. Sosok ulet, cerdas dan penuh dedikasi dalam pekerjaannya, yang mampu meletakkan dunia hanya sebagai sarana dan menempatkan ridlo Allah dan kemaslahatan bersama sebagai yang utama. amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar